Episode Description
Robert merasakannya lagi. Sekujur tubuh memanas, tapi terutama hatinya. Napasnya menderu, seperti orang sesak napas, yang tak berapa lama menjalar ke kepala. Membuat pikirannya berkecamuk, menggelora bagai angin badai. Tanpa terasa, ia menitikkan air mata lagi, semakin lama, semakin deras. Robert merasakan lagi kesedihan yang mendalam ini. Bagaimana lagi dapat hidup setelah ini? Ya, bagaimana lagi?
Semuanya terasa menjauh... Kebahagiaan, sukacita, rasa syukur itu. Semuanya makin memudar. Sampai tak menyadari, ia membanting setir mobil, namun... Terlambatlah sudah...